Globalradio.co.id-Istilah “Sallo mako jago” mendadak menjadi populer di media sosial belakangan ini. Ungkapan tersebut diucapkan oleh Dahlan Iskan, mantan Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), dalam menggambarkan situasi yang tengah dialami oleh Sahrul Yasin Limpo (SYL), mantan Menteri Pertanian Indonesia. Saat ini, SYL terjerat dalam kasus korupsi yang melibatkan penyalahgunaan Dana Operasional Menteri (DOM) dan pemerasan, serta telah dituntut 12 tahun penjara dan denda Rp 500 juta subsider 6 bulan penjara.
Sahrul Yasin Limpo, yang sebelumnya dikenal sebagai sosok yang berprestasi dalam bidang pertanian, kini harus menghadapi tuntutan hukum atas dugaan penyalahgunaan wewenang dan pemerasan yang dilakukannya selama menjabat sebagai Menteri Pertanian. Kasus ini mengejutkan banyak pihak mengingat SYL selama ini dikenal sebagai pejabat yang cukup berintegritas. Tuntutan hukum ini bukan hanya berdampak pada reputasi SYL, tetapi juga menimbulkan kekhawatiran terhadap tata kelola pemerintahan di Indonesia.
Asal Usul Ungkapan Sallo Mako Jago dan Artinya
Ungkapan “Sallo mako jago” berasal dari bahasa Makassar, sebuah bahasa daerah yang digunakan di Sulawesi Selatan. Untuk memahami lebih jauh makna dari ungkapan ini, kita bisa merujuk pada Kamus Makassar – Indonesia karya Drs. Aburaerah.
- Sallo: Berarti perlahan, lambat, lama, atau selesai.
- Mako: Berarti engkau atau kamu.
- Jago: Berarti jagoan atau hebat.
Secara keseluruhan, “sallo mako jago” dapat diartikan sebagai “sudah selesai engkau jagoan” atau “lambat sekali kamu jagoan”. Ungkapan ini mengandung nuansa sarkastik atau sindiran, tergantung pada konteks penggunaannya.
Konteks Penggunaan oleh Dahlan Iskan
Dahlan Iskan menggunakan ungkapan ini untuk menggambarkan kondisi Sahrul Yasin Limpo saat ini. Dengan berkata “sallo mako jago,” Dahlan seakan menyindir SYL yang dahulu dikenal sebagai pejabat hebat dan berkuasa, tetapi kini harus menghadapi konsekuensi dari perbuatannya. Ungkapan ini menggambarkan bahwa masa kejayaan SYL sudah berlalu dan kini ia harus menghadapi kenyataan pahit akibat tindakannya sendiri.
Ungkapan ini segera menjadi viral di media sosial, mencerminkan kepekaan masyarakat terhadap isu-isu korupsi dan penyalahgunaan wewenang oleh pejabat publik. Banyak netizen yang menggunakan ungkapan ini untuk menyindir pejabat atau figur publik lainnya yang terlibat dalam skandal atau kontroversi. Ini menunjukkan bahwa masyarakat semakin kritis terhadap perilaku korup dan tidak etis dari para pemimpin mereka.
Ungkapan “sallo mako jago” yang dilontarkan oleh Dahlan Iskan terhadap Sahrul Yasin Limpo bukan hanya sekadar sindiran, tetapi juga refleksi dari kekecewaan publik terhadap pejabat yang menyalahgunakan kekuasaan mereka. Kasus SYL menjadi pelajaran penting bagi pejabat publik lainnya untuk selalu menjaga integritas dan bertindak sesuai dengan hukum. Ungkapan ini juga menyoroti pentingnya keadilan dan akuntabilitas dalam pemerintahan.
Melalui pemahaman yang lebih mendalam tentang ungkapan ini, kita dapat lebih menghargai kekayaan bahasa daerah Indonesia dan bagaimana bahasa tersebut digunakan untuk menyampaikan pesan yang kuat dan penuh makna dalam kehidupan sehari-hari. “Sallo mako jago” menjadi bukti bahwa bahasa lokal memiliki peran penting dalam menggambarkan realitas sosial dan politik di Indonesia.