Ternyata, Orang Berkaki Kurus Memiliki Risiko Meninggal 3 Kali Lipat Lebih Tinggi

Selasa, 8 Agu 2017 - 12:03 WIB

BAGI kebanyakan perempuan, memiliki bentuk kaki yang kecil adalah sebuah impian. Biasanya mereka ingin memiliki kaki layaknya seorang model.

Tapi ternyata, mereka yang memiliki kaki kurus belum tentu metabolisme tubuhnya sehat. Sebuah penelitian mengungkapkan orang-orang yang memiliki masalah metabolisme lebih berisiko meninggal dunia tiga kali lipat dibandingkan dengan orang sehat.

Penelitian yang dilakukan oleh Norbert Stefan, Fritz Schick, dan Hans-Ulrich Haring dari University Hospital di Tubingen ini menggunakan pencitraan resonansi magnetik fungsional dan spektroskopi bersamaan dengan tes darah untuk menentukan massa lemak dan distribusi di sekitar tubuh, timbunan lemak di hati, sensitivitas insulin, serta ketebalan pembuluh darah.

 

Peneliti menganalisis 981 peserta penelitian unruk mendiagnosa sindrom metabolik. Para peneliti mencatat kesamaan antara fenotipe atau bentuk tubuh antara kelompok indeks massa tubuh yang normal tapi tidak sehat dan orang-orang dengan kelainan langka seperti lipodistrofi, tubuh tidak mampu mempertahankan cadangan lemak yang memadai.

 

Hasilnya menunjukkan orang-orang yang berkaki kurus dan tipis dapat mengindikasikan adanya kesulitan yang berasal dari gen untuk menyimpan lemak di tungkai bawah. Hal ini berkaitan dengan peningkatan risiko kesehatan kardiovaskular yang buruk. Dengan begitu kesehatan metabolik orang berkaki kurus lebih buruk dibandingkan orang sehat.

 

Hal ini bertolak belakang dengan kondisi peserta penelitian yang mengalami obesitas. Walaupun indeks massa tubuh mereka terbilang tinggi, namun metabolisme tubuhnya tergolong sehat. Memang tingkat lemak dan penyakit hati berlemak nonalkohol pada orang obesitas memengaruhi sindrom metaboliknya tapi risiko kematiannya hanya 25% lebih tinggi dibandingkan orang sehat.

 

Kondisi kaki kurus yang memiliki masalah metabolisme lebih sering dialami oleh penderita HIV. Hasil penelitian ini dapat memberikan bukti adanya fenotipe mirip lipodistrofi pada populasi umum. Selain itu, hasil penelitian juga menambahkan bukti adanya berat badan yang kurang gizi, normal, dan beberapa gradasi obesitas.

Sebagai contoh, awal tahun ini American Journal of Gastroenterology menemukan fakta mengenai orang kurus memiliki penyakit hati berlemak non-alkohol (NAFLD) yaitu jenis kerusakan hati kronis yang paling umum. Hasil penelitian itu menunjukkan adanya perbedaan metabolik yang jelas antara orang dengan berat badan normal dengan orang yang mengalami obesitas dalam kondisi tersebut. Demikian seperti yang dilansir dari Cosmos, Senin (7/8/2017).

(okezone.com/hel)